Indonesia Melangkah Menuju Net Carbon Sink 2030: Inovasi dan Kerjasama Dalam Pengelolaan Hutan dan Lahan
Indonesia Melangkah Menuju Net Carbon Sink 2030

Date

Presiden Joko Widodo telah mengumumkan langkah-langkah sistematis dan inovatif untuk Indonesia melangkah menuju net carbon sink 2030 pada sektor kehutanan dan lahan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam acara Presidency Session on Protecting Nature for Climate, Lives, and Livelihoods di World Climate Action Summit (WCAS) COP28. Kegiatan ini berlangsung di Al Waha Theatre, Expo City Dubai, Dubai, Persatuan Emirat Arab (PEA), pada Sabtu, 2 Desember 2023.

Presiden menekankan bahwa Indonesia telah menggabungkan pertimbangan ekonomi dan sosial serta bekerja sama dengan masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan berkelanjutan. Sebagai bagian dari strategi ini, sektor kehutanan dipilih sebagai fokus utama, karena 34 persen desa di Indonesia berada di perbatasan atau dalam hutan, dan jutaan masyarakat Indonesia bergantung pada sePreview Changes (opens in a new tab)ktor kehutanan.

“Dalam upaya kami untuk mencapai target ini, kami mengambil langkah-langkah sistematis dan inovatif,” ujar Presiden.

Presiden Jokowi menjelaskan upaya konkret yang telah dilakukan oleh Indonesia melangkah menuju net carbon sink 2030. Salah satu langkah penting yang diambil adalah penerapan moratorium permanen pembukaan hutan, yang mencakup sekitar 66 juta hektar hutan primer dan lahan gambut sejak tahun 2019. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil merehabilitasi 3 juta hektar lahan terdegradasi dan 3 juta hektar lahan gambut.

“Hasilnya mulai terasa, dengan tingkat deforestasi Indonesia berkurang 75 persen, mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir. Pada tahun depan, kami berencana untuk merehabilitasi 600 ribu hektar lahan mangrove,” tambahnya.

Dalam forum tersebut, Presiden menekankan bahwa hutan dan lahan harus menjadi bagian integral dari upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Dia juga menyoroti pentingnya dukungan dari negara berkembang dalam mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan.

“Dukungan tersebut harus didorong oleh kebutuhan nyata negara pemilik hutan. Kami mengapresiasi dukungan dari Persatuan Emirat Arab dalam membangun Mohamed bin Zayed International Mangrove Research Center di Indonesia,” ungkap Presiden.

Presiden Jokowi juga menanggapi isu perdagangan dan perubahan iklim, menegaskan bahwa kedua hal tersebut dapat berjalan berdampingan. Dia menekankan perlunya membangun kepercayaan dan kolaborasi antara global north dan global south, sambil mendorong pembangunan berkelanjutan di negara berkembang.

Dalam mengakhiri pidatonya, Presiden Jokowi mengajak pemimpin negara untuk terus berkolaborasi dan menginisiasi kerja sama di bidang kehutanan. Dia menyatakan kesiapan Indonesia untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan hutan dan lahan.

“Indonesia telah menginisiasi kerjasama trilateral kehutanan dengan Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Kami juga siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan hutan dan lahan,” pungkas Presiden Jokowi.

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury, yang turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut.

More
articles